Sebuah langkah besar dalam pendidikan internasional diukir oleh mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO), melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional di Thailand, yang berlangsung dari 1 Juli hingga 28 Agustus 2025, dengan kepulangan ke Indonesia pada 2 September 2025. Proyek ini tidak hanya menjadi pengalaman akademik—melainkan transformasi personal, kebudayaan, dan pembelajaran lintas negara yang membawa dampak nyata bagi masyarakat lokal dan generasi muda.

Empat mahasiswa FKIP UMPO dipilih untuk mewakili universitas dalam misi kemanusiaan pendidikan ini: Ardha Satria Pratama dan Isna Agustin dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Abdul Aziz Syaufuddin dan I Wega Rezareffita dari Program Studi Pendidikan Matematika, yang ditugaskan di tiga sekolah berbeda di provinsi Yala, Thailand—daerah yang dikenal karena kompleksitas sosial dan budaya, namun juga penuh potensi pembangunan melalui pendidikan. Perjalanan mereka dimulai dengan pemberangkatan yang diiringi doa dan harapan tinggi dari Dosen Pembimbing KKN Internasional dan Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Dr. Elok Putri Nimasari, S.Pd., M.Pd., yang mengungkapkan: “Anak-anakku, jangan hanya mengajar. Jadilah teladan. Jadilah jembatan antara budaya, pendidikan, dan saling pengertian. Kalian mewakili UMPO dan Indonesia di tanah Thailand. Jadilah yang menginspirasi.”
Di sisi lain, Wahyudi, S.Si., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing KKN dan Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, menyampaikan motivasi yang menggugah: “Kalian tidak sedang melakukan KKN biasa. Kalian sedang membuka jalan bagi keterbukaan, pembelajaran kolaboratif, dan keberlanjutan pendidikan. Jadilah pionir di negeri yang baru pertama kali merasakan pendidikan Matematika dan Bahasa Inggris dalam konteks global.”
Di Lukmanulhakeem School, Abdul Aziz Syaufuddin menjadi kunci dalam program Teacher English Club dan Mathematics for Kids, yang tidak hanya meningkatkan keterampilan siswa, tetapi juga menyusun modul pembelajaran yang mudah diakses oleh guru lokal — sebuah keberlanjutan yang tak terduga. Ia menyebut: “Saat melihat anak-anak tertawa sambil mengucapkan ‘I like English!’ tanpa rasa takut, aku merasa ini kemenangan kecil yang sangat besar.”

Sementara itu, di Chareunsart School, Ardha Satria Pratama menjadi tokoh kunci dalam pendampingan English Club dan terlibat dalam kegiatan International Internship Festival di sekolah Chareunsart Wittaya School. Di festival ini, ia ikut serta dalam acara pembukaan olahraga tahunan dengan pertunjukan silat Tapak Suci Indonesia — simbol kedekatan budaya antara dua negara. Yang paling inspiratif? Ardha berhasil membuka ekstrakurikuler Tapak Suci pertama kali di Yala, Thailand — tempat yang sebelumnya belum pernah memiliki komunitas silat. “Ini bukan hanya tentang bela diri,” katanya, “ini tentang penguatan identitas, disiplin, dan rasa bangga atas budaya kita.”

Di Suntisart School, Isna Agustin dan I Wega Rezareffita bekerja sama untuk memperkuat English Club dan program Mathematics for Kids, sambil turut serta dalam pendampingan kunjungan Dinas Pendidikan Thailand untuk evaluasi keberlangsungan program pembelajaran. Mereka berperan penting dalam menyiapkan dokumen evaluasi, menyusun rubrik penilaian, dan memberi masukan perbaikan yang langsung diterapkan, bukti bahwa kehadiran mereka tidak hanya sementara, tapi bernilai jangka panjang.

KKN Internasional ini bukan sekadar pelatihan. Ini adalah pendidikan lintas budaya yang mendidik diri dan dunia. Setelah kembali ke Indonesia, mahasiswa menyampaikan rencana tindak lanjut yang ambisius: 1) Penerbitan hasil kegiatan KKN Internasional dalam bentuk publikasi artikel bereputasi; 2) Pengembangan kerja sama antara FKIP UMPO dan Muhammadiyah Association of Thailand dalam program pertukaran guru dan mahasiswa; 3) Pembentukan Komunitas KKN Internasional Alumni FKIP UMPO untuk mendorong generasi berikutnya melangkah ke luar negeri; 4) Pelaksanaan kegiatan Goust Lecture and Sharing Session yang di hadiri oleh President of Muhammadiyah Association of Thailand sebagai bentuk upaya dalam membangun pembelajaran lintas budaya bagi mahasiswa dan dosen UMPO. Dari kota Yala yang jauh, empat mahasiswa FKIP UMPO membawa: Semangat Indonesia yang tulus, Kekuatan pendidikan yang inklusif, Kerja keras tanpa pamrih, Dan harapan besar yang menginspirasi generasi muda di dua benua. Mereka bukan hanya mahasiswa yang pergi ke luar negeri. Mereka adalah agen perubahan yang membawa Indonesia ke dunia—dan dunia ke dalam ruang kelas Indonesia.

Di akhir hari, perjalanan mereka membuktikan satu hal: Pendidikan tidak memiliki batas. Kepemimpinan dimulai dari keberanian tampil. Dan impian besar lahir dari satu langkah kecil di tanah asing. Selamat pulang, para pahlawan pembelajaran! Kami bangga pada kalian, FKIP UMPO.